Sebuah situs yang terus menerus diberi penerapan langkah optimasi pastinya akan dinilai sebagai situs yang berkualitas. Penilaian tersebut dilakukan oleh algoritma mesin pencari, yang selalu dikembangkan dari waktu ke waktu. Untuk itu, para pemilik situs atau website hendaknya memberikan optimasi penuh pada laman yang mereka miliki.
Termasuk memperhatikan faktor penting yang mempengaruhi kredibilitas dan kualitas konten, yaitu Core Web Vitals. Core Web Vitals mengacu pada berbagai aspek dari sisi konten yang perlu dioptimasi lebih lanjut agar nantinya mendapatkan penilaian cukup tinggi dari mesin pencari.
Apa Sih “Core Web Vitals” (CWV) Itu?
Bagi Anda yang sering menjelajah tentang proses optimasi situs melalui Search Engine Optimization atau SEO, pastinya pernah mendengar yang dinamakan dengan Core Web Vitals. Pengertian dari Core Web Vitals adalah metrik-metrik yang diciptakan oleh mesin pencari (khususnya Google) untuk menilai efektifitas sebuah konten.
Para pembaca pastinya paham garis besar indikator search ranking mesin pencari, bukan? Indikator-indikator tersebut sangat penting dipelajari agar nantinya pemilik situs bisa melakukan optimasi website dengan lebih baik. Nah, salah satu indikator search ranking yang terpenting adalah “Page Experience”.
Dari namanya saja kita sudah mengetahui jika bagian “Page Experience” tersebut merupakan indikator yang berkaitan dengan user experience. Dalam kata lain, hal ini berkaitan erat dengan pengalaman pengguna ketika mengakses laman. Nah, jika Anda mempelajari CWV lebih dalam, Anda bisa mengoptimalkan 3 poin berikut :
1. Largest Contentful Paint (LCP)
Poin Largest Contentful Paint (LCP) ini berkaitan erat dengan kecepatan loading sebuah situs. Pada bagian yang satu ini, mesin pencari akan melakukan perankingan berdasarkan kecepatan sebuah website dapat ditampilkan dengan sempurna pada layar. Namun aspek yang dinilai tidak hanya berupa gambar / video, akan tetapi teks yang berukuran panjang pula.
Garis besar yang harus dimengerti, poin LCP ini membuat mesin pencari menilai bagaimana konten dengan ukuran paling besar bisa tampil sempurna di hadapan user. Metrik ini hampir sama dengan pendahulunya, yaitu First Contentful Paint (FCP). Perbedaannya, website dengan FCP cepat adalah yang bisa menampilkan berbagai gambar dan logo dengan lebih cepat.
Akan tetapi, website yang menampilkan featured image lebih dahulu akan dapat skor lebih bagus daripada situs yang lebih dulu menampilkan judul dan logo saja. Dalam kata lain, seiring berkembangnya jaman, website dengan skor FCP yang baik dinilai tidak lebih bagus dari website dengan skor LCP tinggi.
2. First Input Delay (FID)
Aspek First Input Delay ternyata juga bisa mempengaruhi kinerja sebuah situs. First Input Delay (FID) merupakan penilaian apakah website tersebut memiliki performa yang cukup untuk mengundang interaksi user ketika berkunjung. Dalam kata lain, poin yang satu ini menilai seberapa cepat pengunjung mau berinteraksi dengan isi website tersebut.
Contohnya, Anda berkunjung pada sebuah website, lalu mengeklik salah satu menu di sana setelah 5 menit. Tentu saja performa website Anda akan dinilai kurang dari website yang bisa membuat pengunjungnya mengeklik menu setelah 1 menit berkunjung. Nilai skor indikator ini bisa benar-benar jatuh jika website Anda kurang menarik dan membuat pengunjung tidak melakukan interaksi sama sekali.
Tentu saja ada berbagai trik yang bisa Anda gunakan untuk membuat pengunjung lebih cepat mengeklik menu-menu yang ada di situs milik Anda. Dan hal tersebut berkaitan langsung dengan tata letak menu dan juga isi konten. Diperlukan perencanaan yang strategis agar nantinya tingkat interaksi situs meningkat.
Perlu diketahui, poin yang satu ini memang menilai seberapa cepat pengunjung berinteraksi dengan isi situs. Akan tetapi tindakan berupa zoom in, zoom out, dan scroll tidak dihitung sebagai kondisi yang mempengaruhi skor FID. Jika Anda ingin mengecek skor FID situs Anda, bisa menggunakan aplikasi Total Blocking Time (TBT).
3. Cumulative Layout Shift (CLS)
Satu lagi poin penting yang wajib dipahami oleh para praktisi SEO dan pemilik website adalah poin Cumulative Layout Shift (CLS). Poin yang satu ini berkaitan erat dengan berbagai perubahan yang terjadi pada tampilan situs ketika laman sedang diakses oleh user.
Contoh kasus nyata adalah ada sebuah website yang ketika belum selesai di-loading menampilkan tampilan yang normal. Namun ketika user ingin mengeklik tombol pada website tersebut, menu yang akan diklik tersebut berpindah tempat karena proses loading yang belum sempurna.
Sebagaimana pengunjung yang merasa jengkel, mesin pencari pun juga akan memberikan skor CLS rendah pada jenis website demikian. Terlebih setelah menu tersebut berpindah tempat, kursor user langsung mengeklik iklan yang tiba-tiba muncul tanpa diduga sebelumnya.
Walaupun memang terlihat sepele, akan tetapi skor CLS menentukan seberapa nyaman pengguna ketika mengakses website tersebut. Jika Anda ingin mendapatkan skor tinggi pada poin CLS, tentu saja Anda juga harus melakukan optimasi tertentu.
Apa Sih Pengaruhi CWV Terhadap Website?
Ketiga poin di atas bisa dijadikan takaran seberapa kredibel dan berkualitasnya website Anda untuk ditampilkan pada halaman pertama mesin pencari. Tentu saja, CWV tersebut sangat memiliki kaitan dengan optimasi mesin pencari (SEO).
Ada yang mengatakan jika CWV adalah salah satu penilaian dalam SEO, dan hal ini benar adanya. Jika Anda ingin mengalahkan website kompetitor yang unggul dalam hal konten, Anda bisa mengoptimalkan skor LCP, FID, dan CLS untuk mengungguli mereka.
Tips Mengoptimasi Core Web Vitals (CWV)
Agar sebuah website memiliki skor tinggi pada poin-poin CWV, hendaknya Anda melakukan berbagai optimasi seperti berikut.
1. Optimasi LCP
LCP berkaitan erat dengan kecepatan website menampilkan informasi yang dibutuhkan pengguna internet secara keseluruhan. Sebuah website dianggap optimal jika memiliki waktu loading x < 2.5 detik, dan dianggap buruk jika x > 4 detik. Berikut ini cara optimasi poin LCP sebuah laman web :
- Membuat solid dokumen yang berukuran besar
- Perkecil ukuran dokumen yang diunggah
- Gunakan plugin cache
- Gunakan Javascript seperlunya saja
2. Optimasi FID
FID berkaitan dengan seberapa cepat website merangsang interaksi pertama dari para user. Untuk bisa meningkatkan skor FID, lakukanlah dengan mengoptimasi Javascript, gunakan seperlunya agar website punya kecepatan loading tinggi. Selain itu lakukan evaluasi hal-hal yang bisa memperlambat kinerja website melalui PageSpeed Insights.
3. Optimasi CLS
CLS berkaitan dengan seberapa fixed tampilan konten ketika dimuat. Skor CLS terbaik adalah < 0.1. Anda juga bisa mendiagnosis berbagai hal yang membuat skor CLS Anda lebih dari 0.1 dan memperbaikinya melalui PageSpeed Insights.
Kesimpulan
Uraian yang telah kami berikan di atas adalah upaya meningkatkan ranking website melalui optimasi poin vital sebuah web dari segi tampilan. Semakin tinggi skor yang website Anda dapat, semakin puas pula pengunjung ketika visits situs Anda. Dengan begitu, semakin tinggi pula ranking yang akan didapat situs Anda di mata mesin pencarian. Semoga bermanfaat!