Hari ini saya mau share lagi sebuah pengalaman yang mungkin bisa menjadi pelajaran.
Ya Allah hindari hati hamba dari sikap SOMBONG dan Gila PUJIAN. Luruskan niat hamba murni untuk berbagi.
Hari itu, suasana diluar cukup cerah. Namun tak secerah isi dompet ku :). Yaps kondisi saat itu cukup memprihatinkan.
Tiba-tiba terdengar bunyi telp.
Ternyata Ayah saya yang telp.
- Ayah : Assalamualaikum wr wb.
- Saya : Waalaikum salam wr wb.
- A : Def Papah lagi butuh uang jumlahnya ….. (Cukup besar) mendadak untuk kebutuhan …… (Intinya kebutuhan ini sangat penting). Kamu ada gak?
- S : (Dengan hati yang bingung, karena memang sedang tidak ada uang lebih). Butuhnya kapan Pah?
- A : 2-3 hari lagi Def.
- S : InsyaAllah ada kalau 2-3 hari lagi mah (padahal belum tau bisa dapat dari mana, yakin aja dulu).
- A : Yaudah kalau gitu, nanti kalau sudah ada kabarin ya.
- S : Iya Pah, nanti dikabarin.
Tutup telp dan masih dalam keadaan bingung, dapat dari mana ya uang segitu dalam 2-3 hari.
Ambil sajadah, curhat sama Allah.
Setelah itu mulailah ikhtiar, jadi yang dilakukan ke Allah dulu baru ikhtiar.
Jadi yang dilakukan ke Allah dulu baru ikhtiar
Pasang iklan di FB, jual barang yang sedikit mahal. Saat itu hanya berfikir kalau jual barang mahal untungnya besar jadi bisa tetap menutupi.
Kemudian ikhtiar berikutnya Follow Up calon pembeli lama yang sudah pernah chat ke WhatsApp namun belum jadi beli.
Ada setidaknya 20 lebih listnya, satu persatu dijapri karena jika BC khawatir gak masuk chatnya.
Dari list tadi ada 1 orang yang saya lewatkan dan benar-benar hanya dialah yang saya lewatkan.
Kenapa saya lewatkan?
Karena beberapa hari lalu dia bilang sudah ambil merk lain dari orang lain.
Jadi saya pikir percuma di Follow Up juga
3 hari kemudian, masih belum dapat.
Iklan masih terus jalan, copywriting ditambahkan Diskon Khusus Hari Ini.
Siang hari belum ada, sore hari belum ada juga, sampai ke Magrib juga belum ada yang closing.
Terdengar bunyi telp, telp dari Ayah saya.
- Ayah : Assalamualaikum, gimana Def sudah ada uangnya?
- Saya : Belum Pah, sudah butuh hari ini ya?
- A : Iya, besok pagi pagi mau digunakan soalnya.
- S : InsyaAllah sebelum waktunya ada nanti Pah.
- A : Kalau gak ada jangan dipaksakan, nanti Papah cari pinjaman aja dulu.
- S : Iya Pah, tapi jangan minjam dulu InsyaAllah ada.
Sampai disitu masih bingung, Isya balik curhat lagi ke Allah.
Intinya saya bilang, saya sudah nyerah. Ikhtiar maksimal sudah saya lakukan semampu saya. Dan saya ikhlas kalau memang tidak diberikan Rezekinya.
Tidak lama setelah itu ada chat WhatsApp masuk.
- Calon Pembeli : Mas saya jadi ya ambil produknya. Saya harus transfer kemana?
- Saya : Silahkan mas bisa transfer ke rek ………..
- CP : Oke sebentar ya saya transfer.
- S : Siap mas, ditunggu.
- CP : (Beberapa menit kemudian) Sudah saya transfer mas.
- S : (Cek Mutasi) Oh iya sudah masuk mas, terimakasih ya. Barangnya InsyaAllah dikirim besok.
- CP : Oke mas ditunggu.
Mudah banget ya, tiba-tiba chat tanya nomor rekening dan langsung transfer.
Dan percaya atau gak, keuntungan dari transaksi ini jumlahnya sesuai dengan yang Ayah saya butuhkan.
Tau siapa yang membeli?
Yang membeli adalah satu-satunya orang yang saya lewatkan saat Follow Up List Whatsapp.
Dan orang ini sama sekali gak minta Diskonnya, artinya kemungkinan besar orang ini juga gak lihat iklan saya di Facebook, karena di iklan saya memberikan Diskon.
Dari sini pelajaran saya dapatkan yaitu :
IKHTIAR HANYA KEWAJIBAN, REZEKI MUTLAK DARI ALLAH.
Seandainya saya gak lakukan ikhtiar apa saya dapat rezeki ini?
Mungkin saja, tapi saya rasa tidak.
Karena Allah tetap melihat sejauh mana ikhtiar kita.
Sama seperti kisah Siti Hajar, ibu dari nabi Ismail.
Saat beliau ditinggalkan di Gurun Pasir bersama putranya nabi Ismail dan kehausan. Yang beliau lakukan adalah bulak balik 7 kali antara safa dan marwa.
Inilah bentuk ikhtiarnya.
Pertanyaannya, kenapa beliau hanya bulak balik 7 kali antara Shafa dan Marwa?
Padahal 1-2 x balik saja sudah dapat memastikan bahwa antara Safa dan Marwa tidak ada air sama sekali.
Dan kenapa beliau tidak mencari ketempat lain, memutari Gurun pasir misalnya, kenapa hanya antara safa dan marwa?
Jawabannya karena beliau sudah tau, kalau di gurun pasir seperti itu tidak akan ada mata air.
Yang Beliau lakukan hanyalah bentuk ikhtiar maksimal yang bisa dilakukannya. Masalah hasil dipercayakan 100% kepada Allah.
Dan yang terjadi, mata air justru muncul di bawah kaki nabi Ismail yang masih bayi.
Sekali lagi tebukti, Tugas kita hanyalah ikhtiar maksimal sesuai kemampuan. Masalah hasil, Allah lah yang menentukan.
PS :
- Cerita pertama diambil dari kisah nyata, namun ada sedikit perbedaan dari kisah aslinya, agar pembaca menangkap pesan yang dimaksud.
- Cerita kedua mengutip dari buku Pola Pertolongan Allah
- Tulisan ini pernah saya share di Grup FB Jago Jualan tanggal 22 Desember 2017
- Boleh di SHARE ko 🙂